Hallo Semua , Kali Ini Bangkit Ingin memberi kilasan Cerita Sedih dari Seorang Tentara Nasional Indonesia (TNI) ! Penasarankan ?
CEKIDOT ~
Banyak yang lupa kalau pada saat bencana, TNI salah satu yang pertama
kali turun. Jauh dari keluarga, berhari-hari, berminggu-minggu,
berbulan-bulan.
Banyak yang lupa kalau di perbatasan, TNI bersedia menjadi guru atau paramedik tanpa dibayar.
Banyak
yang lupa, ada pula perorangan TNI yang menyelamatkan orang dari hampir
terjadinya perkosaan, perkelahian, perampokan, atau pertengkaran. Semua
kebaikannya lenyap ketika ada berita keburukannya.
Banyak yang
lupa kalau di pulau-pulau terluar, TNI yang berjaga kadang harus jauh
dari keramaian, makan dan minum seadanya karena tidak ada listrik di
sana. Kadang kalau ombak tinggi, di beberapa pulau tertentu, mereka
harus mengumpulkan air hujan untuk dijadikan air minum karena di sana
tidak ada PDAM atau air mineral galon yang kadang selalu mereka impikan
setelah berada di pulau itu berbulan-bulan.
Banyak yang lupa,
kalau TNI pernah mengintersep pesawat terbang US di Bawean meski dari
persenjataan kalah telak, atau menabrakkan kapal perang yang terbuat
dari fiber ke kapal perang negeri tetangga yang terbuat dari baja, atau
berjalan kaki patroli di hutan belantara perbatasan. Perang mereka pasti
berani, tapi pertimbangan perang bukan hanya karena ego saja. Ada
pertimbangan rakyat lebih banyak.
Kami tidak pernah takut dengan
ancaman luar. Jika pemimpin menginginkan perang, mereka akan perang.
Jika diperintah maju, mereka akan maju. Itu amanat mereka .
Mereka
tidak memiliki rasa takut meski alat mereka terbatas, kapal perang
harus berpatroli bergantian karena BBM kami terbatasi, atau senjata
mereka sudah tua ketika senjata-senjata modern sudah berdatangan di
negara tetangga. Tapi perang selalu berakibat seorang anak kehilangan
ayahnya, seorang istri kehilangan suaminya, seorang ayah kehilangan anak
prajuritnya. Untuk memutuskan perang dibutuhkan banyak pertimbangan.
Bukan hanya takut atau berani. Tapi juga efek jangka panjangnya. Kalau
berani, mereka akan selalu berani.
Banyak yang lupa, kalau salah
satu operasi penyelamatan terbaik di dunia pernah dilakukan TNI ketika
operasi penyelamatan sandera WOYLA. Penyelamatan di Mapenduma juga
dipuji dunia. Di kalangan pasukan perdamaian, TNI juga dihargai karena
profesionalitas dan keramahannya.
Banyak yang lupa kalau TNI
menembak separatis, semua lembaga akan berteriak melanggar HAM, tapi
giliran TNI ditembak separatis, bahkan dalam keadaan tidak bersenjata
pun, tidak ada yang berteriak tentang HAM.
Banyak yang lupa,
kalau TNI juga manusia. Punya rasa amarah, punya rasa ingin dihargai
sebagaimana semua orang apa pun profesinya ingin dihargai. Akan tetapi,
sebagaimana berbagai profesi, akan selalu ada oknum yang menyalahgunakan
profesinya, tidak hanya TNI. Ada oknum-oknum yang tidak bisa
mengendalikan dirinya. Tapi tetap bukan profesinya yang melakukannya,
tapi orang dibaliknya.
Saya masih bangga dengan TNI di balik semua kekurangan dan kelebihannya.
Semoga bisa memperbaiki diri
Prinsip dan Jiwa Kopassus "Lebih Baik Pulang Nama Dari Pada Gagal di Medan Tugas"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar